Daily Archives: Oktober 29, 2011

Protect your Privacy with Private Domain Registrations

Protect your Privacy with Private Domain Registrations.

Pengaruh Iklim terhadap Kebutuhan Energi untuk Hidup Pokok

Pengaruh Iklim terhadap Kebutuhan Energi untuk Hidup Pokok

Hewan mamalia dan burung bersifat homeotermik, artinya suhu tubuhnya selalu konstan, yang berkisar antara 36 � 42 oC. Oleh sebab itu apabila tubuh menghasilkan energi bentuk panas, maka panas tersebut harus dikeluarkan. Proses pengeluaran panas tubuh tergantung dari perbedaan suhu tubuh dengan suhu lingkungannya.

Pada umumnya untuk memelihara suhu tubuhnya hewan sangat terpengaruh oleh lingkungan. Sebagai contoh babi kondisi basal dan dipelihara pada suhu 25oC, dipuasakan dan kondisi istirahat maka jika suhu udaranya diturunkan secara bertahap babi akan kehilangan panas lebih cepat sampai ketingkat suhu tubuh yang terendah. Babi dapat mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan produksi panas (PP) tubuh melalui aktivitas otot dan menggigil. Temperatur kritis adalah temperature yang rendah dimana produksi panas mulai meningkat (pada suhu 20oC). Pada babi yang puasa, produksi panas juga dihasilkan untuk memelihara suhu tubuhnya dan lebih rendah dibandingkan babi yang diberi makan, hal ini disebabkan karena adanya HI dari proses pencernaan dan metabolisme pakan dari babi.  Pada suhu di bawah 20oC, babi memerlukan konsumsi energi lebih tinggi untuk mengimbangi suhu lingkungan yang rendah, sedangkan  babi yang dipelihara pada suhu 25oC  tidak perlu ada ekstra energi karena suhu lingkungannya  sudah nyaman. Titik efektif temperature kritis yaitu suhu pada 5oC dimana biasanya hewan memproduksi panas secara berlebih melalui proses mengggigil.  Selisih antara PP setelah makan dengan PP saat puasa itulah yang disebut dengan HI (Heat Increament).

Inilah Kebutuhan Zat Makanan Non Ruminansia

Kebutuhan Zat Makanan untuk Non Ruminansia :

Definisi standar zat makanan adalah sejumlah nutrien yang dibutuhkan oleh hewan, baik untuk hidup pokok maupun untuk produksi. Kebutuhan zat makanan ini tergantung pada  species, umur, bobot badan dan status faali.  Unit per satuan kebutuhan nutrien yang digunakan untuk mengekspresikan standar zat makanan tersebut bermacam-macam, seperti contoh untuk kebutuhan energi digunakan satuan DE, ME dan NE sedangkan untuk kebutuhan protein digunakan istilah PK (Protein Kasar), Kecernaan PK , atau Nilai Biologi. Menurut NRC (1994),  kebutuhan zat makanan untuk bangsa unggas dikategorikan lebih rinci seperti kebutuhan untuk ayam (pedaging dan peterlur), kalkun, angsa, bebek dan puyuh.  Lebih jauh lagi kebutuhan zat makanan untuk ayam petelur masih dibedakan lagi berdasarkan strain (white-egg atau brown-egg). Kebutuhan protein terinci sampai pada tingkat asam amino, kebutuhan mineral sampai pada yang makro dan mikro dan kebutuhan vitamin lengkap dari yang larut dalam lemak maupun yang larut dalam air, untuk masing-masing umur yang berbeda. Apabila  kebutuhan nutrien telah sesuai dengan standar NRC, maka BB dan produksi dapat dijadikan patokan dari jumlah konsumsi energi metabolis (ME), seperti pada Tabel 10.2 berikut ini.
Tabel 10.2.  Perkiraan kebutuhan ME berdasarkan BB dan % produksi telur

 

BB (kg)

% Produksi Telur

0

50

60

70

80

90

1.0

130

192

205

217

299

242

1.5

177

239

251

264

276

289

2.0

218

280

292

305

317

330

2.5

259

321

333

346

358

371

3.0

296

358

370

383

395

403

   NRC for Poultry (1994)

Fungsi dan Kontrol Metabolis Glukosa Pada Ruminansia

Berikut Fungsi Metabolis Glukosa pada Ruminansia :

  • Sumber utama energi di jaringan syaraf terutama di otak dan sel-sel darah merah.
  • Untuk metabolisme otot dan produksi glikogen (persendian energi di otot dan di hati).
  • Pada ternak laktasi digunakan untuk prekursor utama dari pembentukan laktosa dan gliserol (komponen lemak susu) dan suplai nutrisi untuk janin. Kebutuhan glukosa ini meningkat pada akhir kebuntingan.
  • Untuk pembentukan NADPH ï¿½ diperlukan untuk sintesis Asam lemak rantai panjang NADPH dari oksidasi glukosa via jalur pentosa-fosfat.

dan Kontrol Metabolisme Glukosa

Insulin dan glukagon mengatur produksi glukosa ruminansia dan mengontrol homeostasis glukosa terutama di dalam darah. Insulin : mengurangi produksi glukosa dari propionat dan prekurson glukosa lainnya.

Glukagon (>< insulin) ï¿½ mendukung glukoneogenesis dari prekursor glukosa dan melepaskan glukosa dari glikogen hati.

Pencernaan Karbohidrat di dalam Usus Ruminansia

Bagaimana Pencernaan Karbohidrat di dalam Usus Ruminansia Bekerja ?

Karbohidrat tercerna (pati, selulosa dan hemi selulosa) dan polisakarida seluler dari mikroba yang lolos dari fermentasi rumen, akan masuk ke dalam usus sebagai digesta, jumlahnya 10-20% dari karbohidrat yang dicerna.

Jumlah selulosa atau pati yang tahan dari degradasi rumen dipengaruhi oleh pakan itu sendiri atau prosesing. Misalnya pati dari jagung giling dapat dicerna � 20% nya di usus halus oleh enzim yang sama dengan monogastrik. pencernaan pati di usus halus  menghasilkan energi yang dapat digunakan oleh induk semang lebih efisien daripada didegradasi oleh mikroba rumen, dimana akan hilang sebagai CH4 atau panas.

Selulosa, hemiselulosa dan pati yang lolos dari usus halus difermentasi di dalam cecum menjadi VFA, CO2 dan CH4 dengan jalur yang sama dengan di dalam rumen. VFA yang terbentuk di cecum ini (ruminan atu kuda) di serap masuk ke dalam sirkulasi dan digunakan di jaringan, hal yang sama terjadi di dalam rumen.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi VFA di dalam Rumen

Inilah Faktor yang Mempengaruhi Produksi VFA di dalam Rumen

  • Makanan serat (sumber hijauan) akan menghasilkan lebih banyak asetat daripada propionat sehingga lebih sesuai untuk ternak berproduksi air susu (kadar lemak tinggi).
  • Makanan pati (biji-bijian/ konsentrat tinggi) menghasilkan propionat tinggi, sesuai untuk ternak daging.
  • Rasio antara konsentrat dan hijauan pakan.
  • Bentuk fisik pakan. (ukuran partikel)
  • Level intake
  • Frekuensi pemberian pakan.

Faktor lain yang mempengaruhi VFA adalah : Baca lebih lanjut

Energi Yang Dihasilkan Dari Pencernaan Karbohidrat

 

 

Energi Hasil Pencernaan Karbohidrat oleh Rumen

Dari dua tahap proses pencernaan karbohidrat didalam rumen ,dihasilkan sumber energi berupa ATP seperti berikut :

Tahap1:

  • Heksosa (senyawa-senyawa yang mempunyai atom karbon 6 buah) ï¿½ 2 Piruvat + 4 (H) + 2 ATP
  • Pentosa (senyawa-senyawa yang mempunyai atom karbon 5 buah) ï¿½ 1.67 Piruvat + 1.67 (H) + 1.67 ATP

Tahap 2:

  • 2 Piruvat + 2H2O ï¿½  2 Asam Asetat + 2 CO2 + 2 H2 + 2 ATP
  • 2 Piruvat + 8 (H)  ï¿½  2 Asam Propionat + 2 H2O + 2 ATP
  • 2 Piruvat + 4 (H)  ï¿½  Asam butirat + 2 H2 + 2 CO2 + 2 ATP

Energi yang dihasilkan tersebut akan digunakan untuk hidup pokok dan sintesis protein mikroba. Dengan cara demikian, mikroba akan memperbanyak diri, sehingga pada gilirannya mikroba-mikroba tersebut dapat dimanfaatkan oleh induk semang sebagai sumber protein yang bernilai hayati tinggi.

Inilah Metabolisme Karbohidrat Pada Ruminansia

Metabolisme Karbohidrat pada Ruminansia

Terdapat perbedaan mendasar antara ruminansia dan monogastrik dalam metabolisme karbohidrat, yaitu: jalur metabolisme dan produk akhir yang dihasilkan.

Tanaman makanan ternak mengandung: 20 � 30% BK selulosa, 14 � 20% BK hemiselulosa, dan kurang dari 10% BK pektin dimana 2 -12% BK adalah lignin.

Ruminansia mempunyai mikroorganisme di dalam retikulorumen yang mensekresikan enzim-enzim sehingga dapat mencerna makanan yang masuk.Bagian terbesar karbohidrat terdiri dari: yang mudah larut (gula dan pati) dan yang sukar larut (selulosa dan hemiselulosa, misal hijauan dan limbah serat). Keduanya ini difermentasikan oleh mikroba rumen membentuk VFA (asam lemak terbang/atsiri) di dalam rumen dan retikulum. Pemecahan  karbohidrat menjadi VFA terjadi di rumen terdiri dari 2 tahap: 1). Hidrolisis ekstraseluler dari karbohidrat kompleks (selulosa, hemiselulosa, pektin) menjadi oligosakarida rantai pendek terutama disakarida (selobiosa, maltosa, pentosa) dan gula-gula sederhana. 2). Pemecahan oligosakarida dan gula-gula sederhana menjadi VFA oleh aktifitas enzim intraseluler. Proses ini ditampilkan pada Gambar 4.2. dan 4.3.

Komposisi VFA terbanyak di dalam cairan rumen adalah: asam asetat, propionat dan butirat sedangkan yang dalam jumlah kecil: asam format, isobutirat, valerat, isovalerat dan kaproat. Pemecahan protein oleh bakteri juga menghasilkan asam lemak berantai cabang yang terdapat dalam jumlah kecil tersebut.

Dalam pencernaan  ini dihasilkan pula produk ikutan berupa beberapa gas: metan (CH4), CO2 dan H2; yang dikeluarkan dari tubuh melalui proses eruktasi (belching/ bersendawa). Baca lebih lanjut

Memahami Karbohidrat dan Klasifikasinya

Karbohidrat     

Karbohidrat melingkupi senyawa-senyawa yang secara kimia berupa hidroksi aldehida dan hidroksi keton. Karbohidrat adalah komponen utama di dalam jaringan tanaman: lebih dari 70 % terdapat pada hijauan, dan lebih dari 85 % terdapat pada biji-bijian/ serealia. Melalui proses fotosintesis, tanaman dapat mensintesa karbohidrat. Pada ternak, karbohidrat terdapat dalam bentuk glukosa dan glikogen yang meliputi kurang  dari 1 % dari bobot ternak.

Klasifikasi karbohidrat

Kabohidrat diklasifikan dalam 5 jenis, yaitu: monosakarida, disakarida, trisakarida, polisakarida dan mixed polisakarida. Pada literatur lain, monosakarida dan oligosakarida (disakarida, trisakarida dan tetrasakarida) biasanya disebut kelompok �sugar�, sedangkan polisakarida yang terdiri dari homoglukan  (arabinan, xilan, glukan, fruktan, galaktan, mannan dan glukosamin) dan heteroglukan (pektin, hemiselulosa, gum, musilago asam, asam hialuronik dan kondroitin) disebut kelompok �non sugar�. Pada Tabel 4.1. diperlihatkan klasifikasi secara lengkap klasifikasi karbohidrat.

  • Monosakarida, yang terpenting adalah glukosa. Glukosa dan fruktosa terdapat melimpah sebagai monosakarida bebas. Glukosa adalah sumber energi vital terpenting berupa cairan tubuh ternak, berperan dalam sistem syaraf, jaringan dan janin.
  • Laktosa merupakan gula air susu. Laktosa yang mengalami proses fermentasi oleh sejumlah mikroorganisme termasuk Streptococcus lactis akan dikonversi menjadi asam laktat, misalnya dalam memproduksi yakult melalui peran  Laktobacillus casei sirota  atau memproduksi yogurt melalui peran Steptococcus thermophilus dan Lactobactillus bulgaricus.
  • Selobiosa: tidak terdapat bebas di alam, mempunyai ikatan β-(1,4). Ikatan tersebut tidak dapat dipecah oleh enzim yang dihasilkan  oleh mamalia kecuali oleh enzim yang disintesis oleh mikroorganisme retikulorumen.
  • Oligosakarida, terdiri dari  disakarida, trisakarida, mengandung 2 atau 3 unit monosakarida yang dihubungi dengan ikatan glikosida (α, β).
  • Polisakarida, diklasifikasikan sebagai: heteropolisakarida dan homopolisakarida. Terdapat sebagai struktur dasar dari sel, hampir diseluruh jaringan, di mukus, beberapa hormon, enzim-enzim, bahan-bahan grup darah, dan zat-zat kekebalan. Homopolisakarida: glikogen, tersedia di jaringan ternak yang menyerupai pati tanaman dan merupakan simpanan energi jangka pendek. Hanya hati dan ginjal yang dapat melepaskan glukosa untuk masuk ke darah. Glikogen hati adalah glukosa terpenting. Proses pembentukan glikogen disebut glycogenesis (glycogen synthetase). Proses pemecahan glikogen disebut glycogenolysis (glycogen phosphorylase).
  • Pati (starch) dan selulosa adalah dua komponen penting di dalam ransum ruminansia: konsentrat dan hijauan. Selulosa berikatan erat secara fisik dan kimia dengan hemiselulosa dan lignin. Selulosa dicerna dalam saluran pencernaan oleh enzim selulase menghasilkan selobiosa, lalu dihidrolisis menjadi glukosa oleh selobiase. Enzim selulase dihasilkan oleh mikroba rumen dan retikulum ruminansia. Hasil akhir dari pencernaan selulosa adalah asam-asam lemak terbang (VFA = volatile fatty acids) yang terdiri dari asetat, propionat dan butirat, dengan hasil sampingan antara lain berupa gas metan, dan CO2  yang akan digunakan dalam metabolisme energi pada ternak ruminansia.
  • Lignin merupakan polimer yang mengandung protein sulit dicerna. Lignin sangat tahan terhadap degradasi kimia dan enzimatik. Lignin sering digunakan sebagai indikator di dalam eksperimen studi kecernaan pada ternak ruminansia karena sifatnya yang tidak larut tersebut. Lignin bukan karbohidrat, tetapi sangat berhubungan erat dengan senyawa-senyawa kabohidrat. Kulit kayu, biji, bagian serabut kasar, batang dan daun mengandung lignin yang berupa substansi kompleks oleh adanya lignin dan polisakarida yang lain. Kadar lignin akan bertambah dengan bertambahnya umur tanaman.

    Lihat Juga Tabel Klasifikasi Karbohidrat…

    Baca lebih lanjut

Suplemen Vitamin dan Jenisnya

Suplemen Vitamin

Semua vitamin bisa diproduksi komersial dalam bentuk murni. Sebagian besar merupakan produksi kimia sintetis tetapi beberapa diisolasi dari sumber alami (seperti vitamin A dari hati ikan, vitamin D3 dari minyak hati atau iradiasi yeast, vitamin E dari bungkil kedele atau minyak jagung dan vitamin K dari tepung ikan).  Ada beberapa vitamin yang diproduksi secara mikrobiologi, seperti tiamin, riboflavin, folat, pyridoksin, biotin, asam pantotenat dan vitamin B12.

Individu yang sehat bisa mencukupi semua zat makanan termasuk vitamin dari makanan yang seimbang baik berdasarkan variasi makanan dan kualitas bagus. Dalam keadan tertentu, ternak membutuhkan penggunaan suplemen vitamin seperti pada kondisi bunting, menyusui, stress, dll. Premik vitamin merupakan bentuk suplemen vitamin yang terdiri dari campuran vitamin dengan konsentrasi yang tinggi.  Premik vitamin digunakan sebesar 0,5 � 10 %.  Selain vitamin terdapat antioksidan sintetis (Ethoxyquin, BHT) didalam premik yang berguna untuk meningkatkan stabilitas vitamin selama penyimpanan. Pada beberapa kasus, trace mineral dimasukkan ke dalam premik vitamin-mineral. 

Baca lebih lanjut